Kata organik merupakan istilah yang digunakan pada awal perkembangan ilmu kimia (abad-18) yang ditandai oleh adanya pengelompokan senyawa-senyawa kimia menjadi 2 golongan besar, yaitu senyawa organik dan senyawa anorganik. Dasar yang digunakan dalam pengelompokan tersebut adalah asal-usul atau sumber penghasil senyawanya. Senyawa - senyawa yang berasal dari tumbuhan atau hewan dikelompokkan dalam senyawa organik (kata organik berkaitan dengan kata organisme, yang artinya makhluk hidup), sedangkan yang dihasilkan oleh mineral (bukan makhluk hidup) termasuk dalam senyawa anorganik.
Hasil-hasil penyelidikan pada waktu itu menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara senyawa organik dan anorganik, yaitu bahwa senyawa organik lebih rumit strukturnya dan mempunyai sifat yang lebih mudah terbakar daripada senyawa anorganik. Oleh seorang ilmuwan Swedia yang bernama Berzelius (tahun 1815) dinyatakan bahwa pembentukan senyawa organik mengikuti hukum-hukum kimia yang berbeda dengan yang berlaku dalam pembentukan senyawa anorganik. Hal inilah yang melahirkan anggapan bahwa senyawa organik hanya dapat terjadi bila ada pengaruh dari daya yang dimiliki oleh makhluk hidup (teori vis vitalis). Dengan dasar anggapan semacam itu maka timbul pandangan bahwa senyawa organik tidak dapat dibuat melalui eksperimen di laboratorium.
Pada tahun 1828 seorang ilmuwan bangsa Jerman bernama Friedrich Wohler berhasil membuat amonium sianat menjadi urea di laboratorium. Berdasarkan pengelompokan yang berlaku, amonium sianat termasuk senyawa anorganik sedangkan urea termasuk senyawa organik (karena terdapat dalam hasil metabolisme tubuh hewan). Dengan demikian hasil eksperimen Wohler tersebut memberikan bukti bahwa senyawa organik dapat dihasilkan di laboratorium tanpa pengaruh daya yang dimiliki oleh makhluk hidup.
Sintesis urea oleh Wohler yang diuraikan di atas merupakan awal dari lahirnya pandangan bahwa sebenarnya diantara senyawa anorganik dan senyawa organik tidak ada perbedaan mengenai hukumhukum kimia yang diikutinya. Kebenaran pandangan ini diperkuat oleh keberhasilan Kolbe (tahun 1845) dalam sintesis asam asetat dari unsur-unsurnya, dan juga sintesis metana oleh Berthelot (tahun 1846).
Sejak diperolehnya bukti bahwa diantara senyawa anorganik dan senyawa organik tidak lagi mempunyai perbedaan yang hakiki sebagai senyawa kimia, maka penggunaan istilah anorganik dan organik dirasakan tidak perlu.Walaupun demikian, sampai sekarang kedua istilah tersebut tetap dipertahankan penggunaannya namun dengan makna yang berbeda dari arti semula. Dipertahankannya penggunaan kedua istilah tersebut didasarkan beberapa alasan, yaitu: (1) jumlah senyawa organik jauh lebih besar daripada senyawa anorganik, (2) semua senyawa organik mengandung unsur karbon, suatu unsur yang mempunyai keunikan, yaitu dalam hal kemampuannya membentuk rantai dengan sesama atom karbon lainnya baik yang terbuka maupun tertutup (kemampuan ini dikenal dengan istilah katenasi) disertai sifat sifat yang khas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kimia organik pada hakikatnya adalah cabang dari ilmu kimia yang khusus mempelajari senyawa-senyawa karbon. Berdasarkan pengertian semacam itu maka senyawa-senyawa karbon yang berupa karbon monoksida, karbon dioksida, senyawa-senyawa karbonat, karbon disulfida, dan sebagainya seharusnya dicakup juga dalam kimia organik. Namun mengingat bahwa senyawa-senyawa yang disebutkan terakhir ini dianggap sebagai senyawa anorganik (menurut pengertian aslinya), maka lazimnya dibahas dalam kimia anorganik.
Dengan memperhatikan uraian di atas akhirnya dapat dikemukakan dua hal penting, yaitu: (1) cabang dari ilmu kimia yang secara khusus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan senyawa organik dinamakan kimia organik, (2) pengertian senyawa organik pada waktusekarang berbeda dengan pengertian semula, dalam arti bahwa senyawa organik bukan hanya senyawa yang dihasilkan oleh makhluk hidup.
Sumber Senyawa Organik
Dewasa ini meskipun masih banyak senyawa organik yang diperoleh daritumbuhan dan hewan, namun yang didapatkan melalui jalur sintesis sangat besar jkumlahnya. Kadang-kadang dalam sintesis tersebut digunakan bahan dasar anorganik, misalnya yang berupa senyawa sianida dan karbonat.
Dua macam hasil alam yang dapat digunakan untuk memperoleh senyawa organik yang strukturnya sederhana, adalah minyak bumi dan batubara. Senyawa-senyawa organik yang dapat diperoleh dari kedua hasil alam tersebut selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat senyawa organik yng lebih besar dan strukturnya lebih rumit.
Perlu diketahui pula bahwa laboratoriujm penelitian yang terdapat pada industri bahan organik mempunyai sumbangan besar pula terhadap pengembangan cara sintesis senyawa organik. Hasil-hasil sintesis dari laboratorium tersebut ada yang langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan ada pula yang dimanfaatkan oleh para peneliti dalam upayanya untuk memperoleh senyawa organik yng baru.
Sifat-sifat Umum Senyawa Organik
Dari kajian terhadap sejumlah besar senyawa organik dapat diperoleh suatu generalisasi sebagai berikut :
- Unsur-unsur penyusun senyawa organik adalah C,H,O,N, halogen , belerang, dan fosfor.
- Senyawa organik mudah terbakar dan memberikan hasil akhir CO2, H2O, dan hasil-hasil lain tergantung pada unsur-unsur penyusunnya.
- Pengaruh panas terhadap senyawa organik dapat mengakibatkan perubahan tertentu, dan mungkin pula terjadi dekomposisi
- Titik leleh senyawa organik lebih rendah daripada senyawa anorganik
- Senyawa organik ada yang tidak kental, dan tidak berwarna (misalnya etanol, karbon teraklorinida), dan ada pula yang kental serta tidak mudah menguap (misalnya gliserol). Titik didih zat cair organik terletak dalam rentangan suhu seperti untuk titik lebur. Untuk zat cair yang titik didihnya tinggi bisa didestilasi pada tekanan atmosfer dapat mengalami dekomposisi parsial atau menyeluruh. Oleh karena itu untuk zat-zat tersebut didistilasinya harus dilakukan pada tekanan rendah (1-10 mmHg)
- Sebagian besar senyawa organik tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut organik (alkohol, eter, aseton, dan sebagainya)
- Reaksi-reaksi pada senyawa organik berlangsung lebih lambat daripada senyawa anorganik dan sering kali disertai hasil sampingan.
- Senyawa organik dapat diklasifikasi dengan beberapa cara, misalnya atas dasar struktur rantai karbonnya, unsur-unsur penyusunnya, atau gugus fungsinya. Dalam senyawa anorganik lazimnya diklasifikasikan menjadi asam, basa, garam.
Dalam sejarah perkembangan kimia tercatat bahwa lahirnya kimia organik sebagai suatu ilmu pengetahuan adalah pada awal abad ke-19. Beberapa temuan yang mempunyai sumbangan penting dalam perkembangan kimia organik :
- Metode analisiskualitatif yang dirintis oleh Lavoiser, dan analisis kuantitatif untuk senyawa organik yang dikembangkan oleh Liebig, Berzelius, dan Dumas dalam kurun waktu 1811-1831.
- Dikembangkannya teori struktur yang melewati tiga tahap, yaitu :
Tahap-1:
teori struktur Kekule, yang berlandaskan pada teri atom Dalton dan teori valensi Frankland. Kekule
menggambarkan atom-atom dengan lambang huruf beserta garis valensi. Garis
valensi menggambarkan daya ikat suatu atom. Atom H mempunyai garis valensi yang
berarti dapat berikatan dengan satu atom lain, atom O yang mempunyai dua garis
valensi dapat berikatan dengan 2 atom lain
Tahap-2: teori struktur Lewis, yang
berlandaskan teori atom Rutherford-Bohr. Dalam teori struktur Lewis lambang
huruf digunakan menggambarkan inti atom dan elektron-elektron yang berada di
kulit dalam. Sealnjutnya elektron-elektron yang berada di kulit terluar
(elektron valensi) digambarkan dengan titik.
Tahap-3: teori struktur Linus Pauling,
yang berlandaskan mekanika kuantum. Pada dasarnya teori struktur Linus Pauling
menyatakan bahwa ikatan antara atom-atom terjadi karena adanya tumpang tindih
orbital-orbital atom. Dalam teori ini diperkenalkan konsep hibridisasi. Yang dimaksud
hibridisasi dalam hal ini adalah penggabungan dua atu lebih orbital atom dalam
suatu atom sehingga terbentuk orbital hibrida.
3. Dikembangkannya rumus-rumus struktur yang
ditemukan oleh Kekule, Couper, dan Butlerov, menjadi model 3 dimensi oleh van't
Hoff dan Le Bel. Dalam model 3 dimensi ini diperlihatkan bahwa keempat ikatan
atom karbon, misalnya dalam molekul metana, tersusun sedemikian rupa sehingga
mengarah pada sudut-sudut suatu bidang 4 beraturan (tetrahedron)
0 komentar:
Posting Komentar